Gelisah
Tok..tok..tok
Seorang
di balik pintu mengetuk dengan lembut, namun aku tak tau siapa gerangan Ia.
Dengan hati-hati ku melangkah mendekat, hingga ku bukalah pintu rumah ku.
Terasa gemetar tangan ini membukanya dan kulihat sosok pria yang pernah ku
kenal dahulu. Itu Faldi, kawan lama ku
yang tak ada kabar sejak lima tahun lalu.
Kau
benar Faldi ? tanya ku
Iya
aku Faldi kawan lama mu, sudah lama aku tak jumpa dengan kau. Jawabnya
Ada
apa gerangan dirimu kesini Di? Sapa ku kepada dia
Aku
mau cerita Do..
Aku
pun heran apa yang mau diceritakan oleh dia selama lima tahun tak bertemu?.
Akhirnya aku dan Faldi berbincang-bincang di ruang tamu. Faldi menceritakan
semua kehidupannya selama lima tahun belakangan. Setelah lima tahun menikah dengan Liyana ternyata
Faldi tak kunjung mempunyai anak. Faldi menceritakan tentang dirinya yang
MANDUL, setelah vonis dokter dua tahun lalu.
Do...
Hidup ku berantakan, bahkan rumah tangga ku dengan Liyana sudah tidak mampu
untuk dipertahankan. Ibarat pepatah bagai telur diujung tanduk Do. (Dengan menjukkan wajah sedihnya Faldi
termenung)
Jangan
begitulah Di, pasti ada jalan atas semua ini. Kamu pun jangan putus asa Di.
Ujar ku
Alah
Do, aku sudah sabar, tapi.... malah Liyana mau menggugat cerai ku. Aku tak
punya harapan lagi Do. (sambil menahan emosi yang memuncak)
Aku
hanya terdiam memandang teman ku yang terbaring lemah di bangku ruang tamu ku. Tiba-tiba lampu rumah
ku mati. Arghhhh Shit damn what the hell it is, ujar ku dalam hati. Di dalam
gelap gulita itu ku coba untuk mengambil lilin di laci tepat di samping aku duduk. Ku nyalakan korek
api dan teranglah semua itu.
Di,
coba lihat lilin ini
Apa
gunanya lihat lilin itu?
Lilin
ini dapat menerangi kita di tengah kegelapan, begitupun dengan kisah mu dengan
Liyana pasti ada jalan terangnya seperti lilin ini.
Faldi
termenung sejanak, memandang langit-langit rumah ku yang terang tersinar lilin.
Seakan ia menaruh harapan besar pada dua bola matanya. Senyuman lebar di wajahnya
pun menambah rasa percayanya. Dalam hati ku berbisik, Thank god you give him a guide.
Malam
kian larut, jam menunjukan pukul 00.00 namun kami masih belum mau menutup
kelopak mata ini. Perbincangan demi perbincangan kami lewati mulai dari masa
kuliah kami hingga masalah asmara masing-masing. Aku tersentak mendengar gonggongan
anjing di depan rumah ku. Kulihat jam tangan ku sudah menunjukan pukul 02.30,
Faldi sudah tak tahan lagi menahan rasa kantuknya. Perlahan demi perlahan suara
Faldi menghilang.. sunyi dan hingga akhirnya ia terelalap dalam buaian bangku
itu. Namun bagiku jam 02.30 adalah pagi bagi ku, karena jam-jam inilah aku
bekerja.
Pekerjaan
yang membosankan itu telah menuntut ku untuk kerja ditengah malam, mencari
inspirasi dan menemukan kekhasan diriku. Ku buka handphone ku, astaga....
ternyata ada tiga ratus line. Ku buka satu persatu line itu, hingga aku pada
ujung chat line aku menemukan kontak asing di line ku. Aku kaget dengan hal
itu, ia ia itu line dari Vina. Sosok wanita yang aku kagumi.
Pikir
ku dalam hati ada apa Vina line aku, ku perhatikan sejenak kata demi kata line
Vina. Yah Vina meminta ku untuk membuatkan desain rumah. Rumah untuk siapa ya
kira-kira, Vina kan belum menikah (rasa was-was ku timbul menghantui hati ini).
Segera ku balas line Vina, “Vin kamu mau buat rumah untuk siapa?”. Kutunggu
satu menit dua menit tiga menit dan seterusnya tapi tak ada jawaban.
Tring.Tring handpone ku berbunyi, langsung ku sambar saja handpone yang
terlatak di meja. Aku yakin itu line dari Vina, tak semanis yang aku pikirkan
itu hanya delusi ku saja, line itu bukan dari Vina tak lain Line Shoping di
pagi buta gini. Ku pegang erat-erat handpone ku, dengan harapan line balasan
dari Vina, namun aku pun kalah dengan rasa kantuk yang kian meningkat di mata
ku. Air mataku mengalir bak air terjun Niagara, dan aku tak sadar terlelap
dalam sunyinya malam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar