Sabtu, 26 Juli 2014

Gelisah
Tok..tok..tok
Seorang di balik pintu mengetuk dengan lembut, namun aku tak tau siapa gerangan Ia. Dengan hati-hati ku melangkah mendekat, hingga ku bukalah pintu rumah ku. Terasa gemetar tangan ini membukanya dan kulihat sosok pria yang pernah ku kenal dahulu. Itu  Faldi, kawan lama ku yang tak ada kabar sejak lima tahun lalu.
Kau benar Faldi ? tanya ku
Iya aku Faldi kawan lama mu, sudah lama aku tak jumpa dengan kau. Jawabnya
Ada apa gerangan dirimu kesini Di? Sapa ku kepada dia
Aku mau cerita Do..
Aku pun heran apa yang mau diceritakan oleh dia selama lima tahun tak bertemu?. Akhirnya aku dan Faldi berbincang-bincang di ruang tamu. Faldi menceritakan semua kehidupannya selama lima tahun belakangan. Setelah  lima tahun menikah dengan Liyana ternyata Faldi tak kunjung mempunyai anak. Faldi menceritakan tentang dirinya yang MANDUL, setelah vonis dokter dua tahun lalu.
Do... Hidup ku berantakan, bahkan rumah tangga ku dengan Liyana sudah tidak mampu untuk dipertahankan. Ibarat pepatah bagai telur diujung tanduk Do.  (Dengan menjukkan wajah sedihnya Faldi termenung)
Jangan begitulah Di, pasti ada jalan atas semua ini. Kamu pun jangan putus asa Di. Ujar ku 
Alah Do, aku sudah sabar, tapi.... malah Liyana mau menggugat cerai ku. Aku tak punya harapan lagi Do. (sambil menahan emosi yang memuncak)
Aku hanya terdiam memandang teman ku yang terbaring lemah di  bangku ruang tamu ku. Tiba-tiba lampu rumah ku mati. Arghhhh Shit damn what the hell it is, ujar ku dalam hati. Di dalam gelap gulita itu ku coba untuk mengambil lilin di laci  tepat di samping aku duduk. Ku nyalakan korek api dan teranglah semua itu.
Di, coba lihat lilin ini
Apa gunanya lihat lilin itu?
Lilin ini dapat menerangi kita di tengah kegelapan, begitupun dengan kisah mu dengan Liyana pasti ada jalan terangnya seperti lilin ini.
Faldi termenung sejanak, memandang langit-langit rumah ku yang terang tersinar lilin. Seakan ia menaruh harapan besar pada dua bola matanya. Senyuman lebar di wajahnya pun menambah rasa percayanya. Dalam hati ku berbisik, Thank god you give him a guide.
Malam kian larut, jam menunjukan pukul 00.00 namun kami masih belum mau menutup kelopak mata ini. Perbincangan demi perbincangan kami lewati mulai dari masa kuliah kami hingga masalah asmara masing-masing. Aku tersentak mendengar gonggongan anjing di depan rumah ku. Kulihat jam tangan ku sudah menunjukan pukul 02.30, Faldi sudah tak tahan lagi menahan rasa kantuknya. Perlahan demi perlahan suara Faldi menghilang.. sunyi dan hingga akhirnya ia terelalap dalam buaian bangku itu. Namun bagiku jam 02.30 adalah pagi bagi ku, karena jam-jam inilah aku bekerja.
Pekerjaan yang membosankan itu telah menuntut ku untuk kerja ditengah malam, mencari inspirasi dan menemukan kekhasan diriku. Ku buka handphone ku, astaga.... ternyata ada tiga ratus line. Ku buka satu persatu line itu, hingga aku pada ujung chat line aku menemukan kontak asing di line ku. Aku kaget dengan hal itu, ia ia itu line dari Vina. Sosok wanita yang aku kagumi.
Pikir ku dalam hati ada apa Vina line aku, ku perhatikan sejenak kata demi kata line Vina. Yah Vina meminta ku untuk membuatkan desain rumah. Rumah untuk siapa ya kira-kira, Vina kan belum menikah (rasa was-was ku timbul menghantui hati ini). Segera ku balas line Vina, “Vin kamu mau buat rumah untuk siapa?”. Kutunggu satu menit dua menit tiga menit dan seterusnya tapi tak ada jawaban. Tring.Tring handpone ku berbunyi, langsung ku sambar saja handpone yang terlatak di meja. Aku yakin itu line dari Vina, tak semanis yang aku pikirkan itu hanya delusi ku saja, line itu bukan dari Vina tak lain Line Shoping di pagi buta gini. Ku pegang erat-erat handpone ku, dengan harapan line balasan dari Vina, namun aku pun kalah dengan rasa kantuk yang kian meningkat di mata ku. Air mataku mengalir bak air terjun Niagara, dan aku tak sadar terlelap dalam sunyinya malam.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar